BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi telekomunikasi yang berkembang dengan
pesat seiring dengan era
globalisasi yang sedang melanda dunia. Sistem telekomunikasi
digital telah membawa era baru
dalam bidang telekomunikasi. Perkembangan teknologi
informasi dalam jaringan telekomunikasi
telah membuat suatu dimensi-dimensi baru dalam pelayanan
telekomunikasi yang semakin cepat
murah.
Para user/pengguna menginginkan akses berkomunikasi secara
multimedia, di mana saja
dan kapan saja dengan biaya yang relatif murah dan juga dapat
mengakses informasi dalam
jaringan komputer global bukan hanya teks atau data tapi
juga gambar bahkan animasi. Teknologi
wireless maupun satellite mampu memberikan hal itu semua.
Namun apa yang terjadi ketika kita harus memilih teknologi
mana yang akan digunakan.
Hal ini terkadang memberikan masalah besar, baik itu dari
segi keuangan dan segi kebutuhan
serta unjuk kerja.
1.2 Tujuan
Tujuan dari tulisan ini adalah bagaimana menentukan apa yang
sebaiknya harus dilakukan
ketika kita akan menghubungkan satu daerah dengan layanan
komunikasi, apakah dengan wireless atau dengan satelit.
1.3 Metode Penelitian
1.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai adalah literature, yaitu
penelusuran berbagi buku, jurnal, artikel, serta sumber yang berasal dari
internet
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Media Transmisi
Media/saluran transmisi terletak di bawah physical layer.
Merupakan jalur transmisi sinyal yang
terbentuk di physical layer
Media tranmisi memiliki 2 bentuk yaitu :
1. Guided Media
Menyediakan jalur transmisi sinyal yang terbatas secara
fisik, meliputi twisted-pair
cable, coaxial cable (kabel koaksial) dan fiber-optic cable
(kabel serat optik). Sinyal yang
melewati media-media tersebut diarahkan dan dibatasi oleh
batas fisik media. Twisted-pair
dan coaxial cable menggunakan konduktor logam yang menerima
dan mentransmisikan
sinyal dalam bentuk aliran listrik. Optical fiber/serat
optik menerima dan mentransmisikan
sinyal data dalam bentuk cahaya.
2. Unguided media
Unguided media atau komunikasi tanpa kabel mentransmisikan
gelombang
elektromagnetik tanpa menggunakan konduktor secara fisik.
Sinyal dikirimkan secara
broadcast melalui udara (atau air, dalam beberapa kasus).
Media tranmisi ini dapat
menggunakan wireless atau menggunakan satellite.
2.2 Wireless
IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineers)
melakukan diskusi, riset dan
pengembangan terhadap perangkat jaringan yang kemudian
menjadi standarisasi untuk digunakan
sebagai perangkat jaringan. Salah satu standar yang
dikeluarkan adalah 802.11 yang bekerja di
bidang wireless LAN (Wi-Fi).
Perkembangan Standar 802.11
Perbandingan Teknologi 802.11 a & b
2.2.1 Topologi Wireless Network
1. AD Hoc
Merupakan jaringan sederhana dimana komunikasi terjadi
diantara 2 perangkat
atau lebih pada cakupan area tertentu tanpa harus memerlukan
sebuah access point
atau server.
2. Client / Server
Menggunakan Access Point sebagai pengatur alokasi waktu
transmisi untuk
semua perangkat jaringan dan mengizinkan perangkat mobile
melakukan proses
roaming dari sel ke sel.
Ad-Hoc or Peer-to Peer Networking
Client Server with Access poin
2.2.2 Access Point
Digunakan untuk melakukan pengaturan lalulintas jaringan
dari mobile radio ke
jaringan kabel atau dari backbone jaringan wireless
client/server.
Biasanya berbentuk kotak kecil dengan 1 atau 2 antena kecil.
Peralatan ini merupakan radio
based, berupa receiver dan transmiter yang akan terkoneksi
dengan LAN kabel atau
broadband ethernet.
2.2.3 Hotspot
Hotspot merupakan coverage area yang dimiliki access point
agar komputer dgn
perangkat wireless disekitar dapat terkoneksi internet.
Hotspot menyediakan layanan
wireless LAN dan internet secara gratis maupun dengan biaya.
Area Hotspot biasanya menggunakan tempat area umum (seperti
ruang lobby, area
parkir, kantin dll) agar perangkat WLAN yang digunakan user
bisa melakukan akses
kelayanan Access Point.
Ada 3 range frekuensi umum yang dalam tranmisi wireless
yaitu :
1. Frekuensi microwave dengan range 2 – 40 GHz, cocok untuk
tranmisi point-topoint.
2. Frekuensi dalam range 30 MHz – 1 GHz, cocok untuk
aplikasi omnidirectional.
Range ini ditujuan untuk range broadcast radio.
3. Range frekuensi lain yaitu antara 300 – 200000 GHz untuk
aplikasi local, adalah
spectrum infra merah. Infra merah sangat berguna untuk
aplikasi point-to-point dan
multipoint dalam area terbatas, seperti sebuah ruangan.
2.2.4 Jenis tranmisi wireless
Microwave
Microwave merupakan high-end dari RF (Radio Frequency),
sekitar 1 – 30 GHz.
Transmisi dengan microwave memberikan 3 hal yang perlu
diperhatikan :
· Alokasi frekuensi
· Interference, Keamanan
· Harus straight-line (perambatan line-of sight)
· Jarak tanpa repeater anatar 10 – 100 km
Radio
Arah tranmisi omni directional
Infrared
Dipenuhi dengan menggunakan transmitter/receiver yang
memodulasikan no
coherent infrared light. Transceiver harus dengan suatu
bentuk garis lurus atau melalui
pantulan dari suatu permukaan warna yang bercahaya
Bluetooth
Sebuah teknologi wireless yang mampu menyediakan layanan
komunikasi data dan
suara dengan jarak jangkauan yang terbatas.
Gelombang radio untuk komunikasi ini dapat terdiri dari
berbagai frekwensi seperti :
a) VLF(Very Low Frequency) dan LF (Low Frequency)
Sinyal-sinyal ini dipropagasikan sangat dekat dengan
permukan bumi, tidak dapat
melewati objek yang padat dan digunakan dalam navigasi radio
jarak jauh.
b) MF (Medium Frequency) dan HF (High Frequency)
Sinyal-sinyal ini dikirimkan lewat udara dan memantul
kembali ke bumi.
Digunakan untuk komunikasi jarak jauh.
c) VHF (Very High Frequency) dan UHF (Ultra High Frequency)
Sinyal-sinyal ini biasanya dikirimkan secara line of sight.
Digunakan pada
terrestrial, satellite dan komunikasi dengan radar.
2.3 Satelit
Satelit adalah alat elektronik yang mengorbit bumi yang
mampu bertahan sendiri. Bisa diartikan
sebagai repeater yang berfungsi untuk menerima signal
gelombang microwave dari stasiun bumi,
ditranslasikan frequensinya, kemudian diperkuat untuk
dipancarkan kembali ke arah bumi sesuai
dengan coveragenya yang merupakan lokasi stasiun bumi tujuan
atau penerima. (sumber :
http://www.total.or.id/info.php?kk=satelit)
Bagian penting dalam sistem komunikasi satelit yaitu :
1. Space segment (bagian yang berada di angkasa)
2.
Ground segment (biasa disebut stasiun bumi)
Satellite merupakan sebuah repeater data yang mampu mengirim
data ke tempat tujuan berupa
down-link.
2.3.1 Jenis-jenis Orbit
Banyak satelit dikategorikan atas ketinggian orbitnya,
meskipun sebuah satelit
bisa mengorbit dengan ketinggian berapa pun.
1. Orbit Rendah (Low Earth Orbit, LEO): 300 – 1500 km di
atas permukaan bumi.
2. Orbit Menengah (Medium Earth Orbit, MEO): 1500 - 36000
km.
3. Orbit Geosinkron (Geosynchronous Orbit, GSO): sekitar
36000 km di atas
permukaan Bumi.
4. Orbit Geostasioner (Geostationary Orbit, GEO): 35790 km
di atas permukaan
Bumi.
5. Orbit Tinggi (High Earth Orbit, HEO): di atas 36000 km.
Jika ditinjau dari posisi relatif satelit terhadap bumi ada
yag dinamakan
Geostasioner (geostationary). Orbit ini juga dikenal sebagai
geosynchronous atau
synchronous. Ketinggian orbit ini kira-kira 22.223 mil atau
1/10 jarak ke bulan.
Jalur ini juga dikenal sebagai ”tempat parkir satelit”,
sebab begitu banyak satelit,
mulai dar satelit cuaca, satelit komunikasi hingga satelit
televisi. Akibatnya, posisi
masing-masing harus tepat agar tidak saling menginterferensi
sinyal.
Berikut detil dari orbit satelit:
• 70 -1.200 mil (asynchronous orbits) : digunakan oleh
satelit pengamat, yang
biasanya mengorbit pada 300 -600 mil (470-970 km), berfungsi
sebagai fotografer.
Misalnya satelit Landsat 7, ia bertugas untuk pemetaan,
pergerakan es dan tanah,
situasi lingkungan (semisal menghilangnya hutan hujan
tropis), lokasi deposit
mineral hingga masalah pertanian; satelit SAR
(search-and-rescue) juga disini,
dengan tugas menyiarkan ulang sinyal-sinyal darurat dari
kapal laut atau pesawat
terbang yang dalam bahaya; Teledesic, yaitu satelit yang
di-backup sepenuhnya
oleh Bill Gates, memberikan layanan komunikasi broadband
(highspeed), dengan
sarana satelit yang mengorbit pada ketinggian rendah (LEO,
Low Earth Orbiting).
• 3.000 -6.000 mil (asynchronous orbits) : digunakan oleh
satelit sains, yang
biasanya berada pada ketinggian ini (4.700 -9.700 km),
dimana mereka
mengirimkan data-data ke bumi via sinyal radio telemetri.
Satelit ini berfungsi
untuk penelitian tanaman dan hewan, ilmu bumi, seperti
memonitor gunung berapi,
mengawasi kehidupan liar, astronomi (dengan IAS, infrared
astronomy satellite)
dan fisika.
• 6.000 -12.000 mil (asynchoronous orbits) : satelit GPS
menggunakan orbit ini
untuk membantu penentuan posisi yang tepat. Ia bisa
digunakan untuk kepentingan
militer maupun ilmu pengetahuan.
• 22.223 mil (geostationary orbits) : digunakan oleh satelit
cuaca, satelit televisi,
satelit komunikasi dan telepon. (sumber : Gatot Santoso –
ebook Sistem Komunikasi Satelit)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan dan kekurangan Wireless dan Satelit
Sebelum menentukan mana yang lebih baik antara wireless atau
satelit, mari kita lihat segi
keuntungan dan kekurangan di antara 2 media transmisi
tersebut.
Keuntungannya wireless :
1. Dapat dipergunakan untuk komunikasi data dengan jarak
yang jauh sekali. Tergantung
LOS (Line of Sight) dan kemampuan perangkat wireless dalam
memancarkan
gelombang.
2. Sangat baik digunakan pada gedung yang sangat sulit
menginstall kabel.
Kerugiannya :
1. Sulit diperoleh karena spektrum frekuensi terbatas.
2. Biaya instalasinya, operasional dan pemeliharaan sangat
mahal.
3. Keamanan data kurang terjamin.
4. Pengaruh gangguan (derau) cukup besar.
5. Transfer data lebih lambat dibandingkan dengan penggunaan
kabel.
Kelebihan satelit:
1. Tidak perlu LOS (Line of Sigth) dan tidak ada masalah
dengan jarak dan koneksi dapat
dilakukan dimana saja.
2. Jarak jangkauan yang sangat luas
3. Komunikasi dapat dilakukan baik titik ke titik maupun
dari satu titik ke banyak titik
secara broadcasting ataupun multicasting
4. Kecepatan bit akses tinggi dan memiliki bandwidth lebar.
5. VSAT bisa dipasang dimana saja selama masuk dalam
jangkauan satelit,
6. Unjuk kerja sangat tinggi dan bisa digunakan untuk
koneksi suara, video dan data, karna
memiliki bandwidth yang lebar
Kekurangan Media Satelite :
1. Up Front Cost tinggi: Contoh : untuk Satelit GEO:
Spacecraft, Ground Segment &
Launch = US $ 200 jt, Asuransi: $ 50 jt.
2. Distance insensitive: Biaya komunikasi untuk jarak pendek
maupun jauh relatif sama.
3. Hanya ekonomis jika jumlah User besar dan kapasitas
digunakan secara intensif.
4. Delay propagasi besar.
5. Rentan terhadap pengaruh atmosfir
6. Besarnya throughput akan terbatasi karena delay propagasi
satelit geostasioner. Kini
berbagai teknik protokol link sudah dikembangkan sehingga
dapat mengatasi problem
tersebut.
3.2 Wireless atau Satelit ?
Ada beberapa Faktor yang menentukan pilihan media komunikasi
data, yaitu :
1. Harga
2. Unjuk kerja (Performance) jaringan yang dikehendaki.
Jika ditinjau dari sudut teknik, faktor yang harus
dipertimbangkan :
1. Kemampuan menghadapi gangguan elektris maupun magnetis
dari luar.
2. Lebar jalur (bandwidth) yang sebaliknya juga tergantung
pada jarak yang harus
dilayani.
3. Kemampuan dalam melayani multiple access, yaitu : apakah
mudah mengambil data
dari padanya.
4. Keamanan data.
3.2.1 Harga
Jika dilihat dari segi harga, media wireless lebih murah
dibandingkan media satelit, ini
dikarenakan media satelit harus menggunakan antenna khusus
yang baik itu uplink
maupun downlink, yang bisa tergolong sangat mahal serta
penyewaan koneksi ke satelit
yang disediakan oleh penyedia satelit. Sedangkan wireless
bisa lebih murah, ini
disebabkan jumlah alat yang digunakan lebih tergantung pada
jarak, dan keadaan LOS.
3.2.2 Unjuk Kerja
Unjuk kerja satelit lebih baik daripada wireless, ini
disebabkan troughput satelit lebih
besar daripada wireless, sedangkan wireless jumlah troughput
lebih dipengaruhi oleh
bearnya jarak dan LOS. Jika jarak besar serta tidak LOS maka
besarnya troughput yang
dihasilkan lebih kecil.
Jika di kota-kota besar tentu banyak terdapat gedung-gedung
tinggi yang memiliki
perbedaan tinggi dan jarak yang tidak terlalu jauh. Maka
solusi wirelesslah yang paling
bagus dan jika gedung tersebut ingin terkoneksi maka
dibuatlah koneksi secara Point To
Point, Point-To-Multipoint, Multipoint-To-Multipoint.
Dalam menjangkau daerah yang amat jauh dari perkotaan,
misalnya daerah pedesaan maupun
daerah terpencil lainnya, termasuk di tengah laut, maka
orang merekayasa sistem wireless access yang
lain dengan menggunakan teknologi satelit. Dalam hal ini ada
dua kemungkinan, pertama
menggunakan LEO (Low Earth Orbit Satellites) dan ke dua
dengan GEO (Geosynchronous Orbit
Satellites).
Jika area yang perlu di covered sangat luas dan user yang
sangat banyak, maka media tranmisi
satelitlah yang paling baik digunakan.
Gambar 1 : satelit mampu malayani banyak user
Gambar 2 : satelit mampu melayani down-link yang jaraknya
sangat jauh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar