Senin, 10 Juni 2013

Pengorbanan Seorang Ibu

              Teriknya sinar matahari pada saat itu cukup menyengat dibandingkan hari-hari biasanya. Namun hal itu tidak menghalangi kasih sayang seorang Ibu kepada kedua anaknya ketika dia menjemput sang anak pulang sekolah. Kasih sayang ibu diuji ketika menjaga anak-anaknya dalam perjalanan menuju ke rumah mereka yang letaknya sangat jauh dari sekolah. Sebelum bel pulang sekolah berbunyi Ibu sudah berada di depan kelas dari anak bungsunya yang bernama Adi yang berumur 6 tahun. Setelah Adi keluar kelas, Ibu memanggilnya dan secara langsung Adi menghampiri Ibu. Adi mencium tangan Ibu, dan langsung dibalas Ibu dengan pelukan hangat penuh kasih sayang orang tua kepada anaknya. Mereka duduk bersama dan menceritakan apa yang telah dilakukan Adi dalam satu hari ini.

            Beberapa saat kemudian muncul seorang anak yang langsung mencium tangan Ibu. Dia adalah anak sulung Ibu yang bernama Arif yang berumur 8 tahun. Arif bergabung dengan Ibu dan Adi yang sedang bercerita. Sekian lama mereka saling bertukar cerita Ibu mengaja kedua anaknya untuk pulang. Ibu menggandeng Adi dan Arif berjalan melewati pintu gerbang sekolah menuju jalan raya yang berada tidak terlalu jauh dari sekolah. Sambil memegangi tangan kedua anaknya, Ibu memanggil salah satu dari tukang ojek yang berada di sekitar jalan tersebut. Ternyata yang datang adalah motor yang berukuran kecil. Terpaksa Ibu mengalah dengan duduk diujung dengan keadaan yang tidak nyaman. Ibu tidak mengeluh ketika hampir limabelas menit Ibu menahan posisi duduk yang tidak nyaman seperti itu. Pada akhirnya awal penderitaan Ibu selesai setelah motor telah sampai pada Stasiun Manggarai. Ibu mengajak kedua anaknya masuk kedalam stasiun menuju loket terlebih dahulu untuk membeli tiket.

            Tiket telah didapatkan, Ibu menggandeng tangan kedua anaknya dengan kuat saat mereka sedang melewati rel kereta untuk melangkah menuju peron kereta yang menuju stasiun Bogor. Keadaan peron sedang penuh sesak oleh calon penumpang yang akan bepergian ke tempat tujuan masing-masing. Ibu mengisi waktu menunggu kereta tiba dengan melihat dan menjaga Adi dan Arif yang sedang bermain seadanya di atas peron. Ada pemberitahuan bahwa kereta ke arah Bogor akan segera tiba, Ibu memanggil kedua anaknya dan menggandeng tangan mereka untuk bersiap masuk kedalam kereta. Namun Adi masih saja asik bermain di pinggir peron yang dapat membahayakan dirinya saat kereta datang. Secara sigap Ibu langsung menarik tangan Adi untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

            Kereta telah tiba ketika Ibu sudah berdiri di atas garis batas aman pinggir peron dengan menggandeng tangan Adi dan Arif. Kondisi kereta sangatlah penuh sesak penumpang yang ingin pulang ke rumah masing-masing. Adi dan Arif masuk kedalam kereta dengan dilindungi Ibu terlebih dahulu. Ibu memasang badannya berdesak-desakan agar kedua anaknya bisa masuk ke tempat aman di tengah dalam kereta. Ketika Ibu rasa sudah aman berada di dekat jendela Ibu menaruh tas Adi dan Arif di rak atas yang telah disediakan. Ibu menahan dorongan penumpang lain untuk melindungi anak-anak agar tidak terhimpit. Dengan bermandikan keringat Ibu melindungi buah hatinya selama berada didalam keringat. Adi mengeluh karna kakinya merasa lelah setelah sekian lama berdiri sambil berdesak-desakan. Lalu Adi berjongkok untuk mengurangi rasa lelah yang dia rasakan. Ketika tidak kuat lagi dalam kondisi jongkok Ibu menyuruh Adi duduk di kaki kanannya, agar celana yang dikenakan tidak kotor. Dengan keikhlasannya Ibu merelakan kakinya yang menahan rasa letih menahan desakan orang untuk diduduki Adi.

            Tak lama kemudian Arif menyusul adiknya dengan berjongkok. Ibu kembali merelakan kaki satunya yang sudah cukup lelah untuk diduduki Arif. Rasa lelah yang terasa amat sangat dirasakan  okeh Ibu saat perjalanan, namun Ibu tidak memperdulikan itu semua. Lama waktu berlalu akhirnya Ibu dan kedua anaknya hampir tiba di stasiun terdekat dari tempat kediaman Ibu dan keluarga kecilnya. Ibu memanggil Adi dan Arif untuk bangkit dari “tempat duduk kaki” untuk bersiap turun. Dengan kaki yang merasa kesemutan Ibu memimpin kedua  anaknya mencari jalan yang penuh sesak penumpang menuju pintu kereta. Kereta telah tiba di Stasiun Citayam, Ibu menggandeng Adi dan Arif menuruni kerta untuk berjalan menuju rumah tercinta.

            Dengan tergopoh-gopoh Ibu jalan sambil menggadeng erat kedua tangan anak-anak menyusuri jalan raya. Selangkah demi selangkah Ibu menahan letih akibat perjuangannya melindungi buah hatinya saat berada didalam kereta tadi. Sempanjang jalan Adi dan Arif berjalan sembari bercanda yang membuat Ibu mengeluarkan tenaga yang lebih untuk menjaga anak-anak dari bahaya kendaraan yang lewat. Sekian lama melangkah akhirnya Ibu, Adi dan Arif sampai di rumahnya. Ibu mengistirahatkan tubuhnya sejenak untuk mengembalikan tenaga yang dikeluarkan untuk perjuangannya. Tak lama setelah istirahat Ibu bangkit dan menuju dapur, memasak untuk menyiapkan makan untuk kedua anaknya. Setelah selesai Ibu menyuruh Adi dan Arif makan bersama. Makanan telah dilahap oleh kedua buah hati Ibu, Ibu lalu menuju dapur kembali kali ini untuk mencuci piring.

            Setelah mencuci piring, selanjutnya Ibu menyaou lantai serta mengepelnya agar kondisi rumah tetap dalam keadaan bersih. Semua pekerjaan rumah telah Ibu selesaikan, lalu dia mengistirahatkan tubuhnya dengan menyelonjorkan badan. Sesaat kemudian Ibu tertidur dalam rasa lelah yang ia rasakan. Ibu tertidur pulas setelah selama seharian penuh berjuang, dan akan melanjutkan perjuangannya besok. Begitu besar pengorbanan seorang Ibu kepada anaknya, dengan ikhlas dia memperjuangkan kehidupan anaknya agar mencapai kesuksesan dimasa depan. Itu semua Ibu lakukan karena satu alasan, alasan tersebut adalah kasih sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar