Teriknya
sinar matahari pada saat itu cukup menyengat dibandingkan hari-hari biasanya.
Namun hal itu tidak menghalangi kasih sayang seorang Ibu kepada kedua anaknya
ketika dia menjemput sang anak pulang sekolah. Kasih sayang ibu diuji ketika
menjaga anak-anaknya dalam perjalanan menuju ke rumah mereka yang letaknya
sangat jauh dari sekolah. Sebelum bel pulang sekolah berbunyi Ibu sudah berada
di depan kelas dari anak bungsunya yang bernama Adi yang berumur 6 tahun.
Setelah Adi keluar kelas, Ibu memanggilnya dan secara langsung Adi menghampiri Ibu.
Adi mencium tangan Ibu, dan langsung dibalas Ibu dengan pelukan hangat penuh
kasih sayang orang tua kepada anaknya. Mereka duduk bersama dan menceritakan apa
yang telah dilakukan Adi dalam satu hari ini.
Beberapa saat kemudian muncul
seorang anak yang langsung mencium tangan Ibu. Dia adalah anak sulung Ibu yang
bernama Arif yang berumur 8 tahun. Arif bergabung dengan Ibu dan Adi yang sedang
bercerita. Sekian lama mereka saling bertukar cerita Ibu mengaja kedua anaknya
untuk pulang. Ibu menggandeng Adi dan Arif berjalan melewati pintu gerbang
sekolah menuju jalan raya yang berada tidak terlalu jauh dari sekolah. Sambil
memegangi tangan kedua anaknya, Ibu memanggil salah satu dari tukang ojek yang
berada di sekitar jalan tersebut. Ternyata yang datang adalah motor yang
berukuran kecil. Terpaksa Ibu mengalah dengan duduk diujung dengan keadaan yang
tidak nyaman. Ibu tidak mengeluh ketika hampir limabelas menit Ibu menahan
posisi duduk yang tidak nyaman seperti itu. Pada akhirnya awal penderitaan Ibu
selesai setelah motor telah sampai pada Stasiun Manggarai. Ibu mengajak kedua
anaknya masuk kedalam stasiun menuju loket terlebih dahulu untuk membeli tiket.
Tiket telah didapatkan, Ibu
menggandeng tangan kedua anaknya dengan kuat saat mereka sedang melewati rel
kereta untuk melangkah menuju peron kereta yang menuju stasiun Bogor. Keadaan
peron sedang penuh sesak oleh calon penumpang yang akan bepergian ke tempat tujuan
masing-masing. Ibu mengisi waktu menunggu kereta tiba dengan melihat dan
menjaga Adi dan Arif yang sedang bermain seadanya di atas peron. Ada
pemberitahuan bahwa kereta ke arah Bogor akan segera tiba, Ibu memanggil kedua
anaknya dan menggandeng tangan mereka untuk bersiap masuk kedalam kereta. Namun
Adi masih saja asik bermain di pinggir peron yang dapat membahayakan dirinya
saat kereta datang. Secara sigap Ibu langsung menarik tangan Adi untuk
menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
Kereta telah tiba ketika Ibu sudah
berdiri di atas garis batas aman pinggir peron dengan menggandeng tangan Adi
dan Arif. Kondisi kereta sangatlah penuh sesak penumpang yang ingin pulang ke
rumah masing-masing. Adi dan Arif masuk kedalam kereta dengan dilindungi Ibu
terlebih dahulu. Ibu memasang badannya berdesak-desakan agar kedua anaknya bisa
masuk ke tempat aman di tengah dalam kereta. Ketika Ibu rasa sudah aman berada
di dekat jendela Ibu menaruh tas Adi dan Arif di rak atas yang telah
disediakan. Ibu menahan dorongan penumpang lain untuk melindungi anak-anak agar
tidak terhimpit. Dengan bermandikan keringat Ibu melindungi buah hatinya selama
berada didalam keringat. Adi mengeluh karna kakinya merasa lelah setelah sekian
lama berdiri sambil berdesak-desakan. Lalu Adi berjongkok untuk mengurangi rasa
lelah yang dia rasakan. Ketika tidak kuat lagi dalam kondisi jongkok Ibu
menyuruh Adi duduk di kaki kanannya, agar celana yang dikenakan tidak kotor.
Dengan keikhlasannya Ibu merelakan kakinya yang menahan rasa letih menahan
desakan orang untuk diduduki Adi.
Tak lama kemudian Arif menyusul
adiknya dengan berjongkok. Ibu kembali merelakan kaki satunya yang sudah cukup
lelah untuk diduduki Arif. Rasa lelah yang terasa amat sangat dirasakan okeh Ibu saat perjalanan, namun Ibu tidak memperdulikan
itu semua. Lama waktu berlalu akhirnya Ibu dan kedua anaknya hampir tiba di
stasiun terdekat dari tempat kediaman Ibu dan keluarga kecilnya. Ibu memanggil
Adi dan Arif untuk bangkit dari “tempat duduk kaki” untuk bersiap turun. Dengan
kaki yang merasa kesemutan Ibu memimpin kedua anaknya mencari jalan yang penuh sesak
penumpang menuju pintu kereta. Kereta telah tiba di Stasiun Citayam, Ibu
menggandeng Adi dan Arif menuruni kerta untuk berjalan menuju rumah tercinta.
Dengan tergopoh-gopoh Ibu jalan
sambil menggadeng erat kedua tangan anak-anak menyusuri jalan raya. Selangkah
demi selangkah Ibu menahan letih akibat perjuangannya melindungi buah hatinya
saat berada didalam kereta tadi. Sempanjang jalan Adi dan Arif berjalan sembari
bercanda yang membuat Ibu mengeluarkan tenaga yang lebih untuk menjaga
anak-anak dari bahaya kendaraan yang lewat. Sekian lama melangkah akhirnya Ibu,
Adi dan Arif sampai di rumahnya. Ibu mengistirahatkan tubuhnya sejenak untuk
mengembalikan tenaga yang dikeluarkan untuk perjuangannya. Tak lama setelah
istirahat Ibu bangkit dan menuju dapur, memasak untuk menyiapkan makan untuk
kedua anaknya. Setelah selesai Ibu menyuruh Adi dan Arif makan bersama. Makanan
telah dilahap oleh kedua buah hati Ibu, Ibu lalu menuju dapur kembali kali ini
untuk mencuci piring.
Setelah mencuci piring, selanjutnya
Ibu menyaou lantai serta mengepelnya agar kondisi rumah tetap dalam keadaan
bersih. Semua pekerjaan rumah telah Ibu selesaikan, lalu dia mengistirahatkan
tubuhnya dengan menyelonjorkan badan. Sesaat kemudian Ibu tertidur dalam rasa
lelah yang ia rasakan. Ibu tertidur pulas setelah selama seharian penuh
berjuang, dan akan melanjutkan perjuangannya besok. Begitu besar pengorbanan
seorang Ibu kepada anaknya, dengan ikhlas dia memperjuangkan kehidupan anaknya
agar mencapai kesuksesan dimasa depan. Itu semua Ibu lakukan karena satu
alasan, alasan tersebut adalah kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar