TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -
Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) Prof Dr dr
Andrijono, SpOG K-Onk, mengajak seluruh perempuan lebih memahami
kesehatan, peduli menjaga kesehatan organ reproduksi, dan rajin
memeriksakan diri untuk mendeteksi kanker ovarium.
Sebab, setelah kanker serviks, katanya, kanker ovarium menjadi salah satu jenis kanker yang paling mematikan bagi perempuan.
"Di
seluruh dunia, 80 persen kasus kanker ovarium di dunia ditemukan pada
stadium lanjut. Berangkat dari kepedulian pada kesehatan organ
reproduksi, setiap perempuan bisa mendeteksi dini kanker ovarium dan
menyelamatkan dirinya,” jelas Andrijono dalam keterangan persnya, Sabtu
(21/4/2012).
Kanker ovarium pada
stadium lanjut, tambahnya, disebabkan kanker ovarium tidak menunjukkan
gejala, sehingga mencapai stadium lanjut.
Kanker
ovarium tidak memiliki gejala yang unik, namun gejalanya lebih
menyerupai penyakit umum, sehingga membuat para penderitanya sering
menganggap ringan dan mengakibatkan kanker cepat berkembang.
"Bila
terdeteksi dini dan mendapatkan pengobatan yang tepat, pasien kanker
ovarium berpeluang bertahan hidup lebih dari lima tahun. Semakin dini
kanker ovarium ditemukan, peluang hidup pasien akan semakin besar
bersama dengan kualitas hidupnya," papar Andrijono.
Sementara,
Dr Sigit Purbadi SpOG K-Onk, dokter obstetri dan ginekologi FKUI/RSCM
menjelaskan, kanker ovarium umumnya baru dikeluhkan pasien, ketika
telah menyebar ke luar dari ovarium.
"Berhubung
kanker ovarium belum memiliki penapisan untuk deteksi dini, setiap
perempuan penting sekali untuk memahami gejala-gejala kanker ovarium,"
ungkapnya.
Salah satu gejala yang sering kali dialami penderita adalah rasa nyeri pada abdomen dan rasa kekenyangan.
”Dalam
penanganan medis kanker ovarium, inovasi terbaru berupa terapi tepat
sasaran, di samping terapi kemoterapi dan pembedahan. Ketika sudah
tidak terselamatkan, penderita kanker ovarium meninggal akibat
malnutrisi dan obstruksi usus halus," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar